METODOLOGI PENGEMBANGAN KOGNITIF AUD
TIKHA SUKMAWATI
55711/2010
Dosen : Dra. Dahliarti, M. Pd
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne,l976: 71). Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.
A. Perkembangan
Kognitif Anak Usia 1-2 Tahun(12 – 24 bulan)
Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak
orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat
otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini,
masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi
terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu
yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya
melalui beberapa hal berikut ini :
1. Belajar melalui pengamatan/ mengamati. Mulai usia 13 bulan,
anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di
sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang
sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi
kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya.
Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan
menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
2. Meniru orang tua. Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah
mulai mengembangkan kemampuan mengamati m
enjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan
orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
3. Belajar konsentrasi. Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya
pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan
satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung
pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan
anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
4. Mengenal anggota badan. Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan
untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua
mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan
anggota tubuhnya.
5. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu. Pada tahun kedua, anak
sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya,
anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan
membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini
mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
6. Mulai mampu berimajinasi. Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak
berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk
memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
7. Mampu berpikir antisipatif. Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23
bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya,
lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada
hal yang dilakukannya.
8. Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Pada usia 12 – 17
bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa
kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan
menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak
sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”.
Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan
merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan
seperti: “ Adik mau susu.”
9. Cepat menangkap kata-kata baru. Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan
yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia
ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda
memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan
bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
B. Perkembangan Kognitif Anak Usia 2 – 3 Tahun (24 – 36 Bulan)
Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin
kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap
kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut:
1. Berpikir simbolik. Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa
kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk
lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak
ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana
anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya
anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai
mobil balap.
2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung. Pada tahun ketiganya,
anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya
membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain
mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan
mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).
3. Meningkatnya kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8
bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali
kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka
juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan
bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali
kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
4. Berkembangnya pemahaman konsep. Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu
untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya
pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian
“besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di
usia 3 tahun.
5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa. Pada usia sekitar 36
bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata
tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara
mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga
lainnya.
Cara Berpikir Anak Pada Usia 2-7 Tahun
Ciri periode
ini yaitu:
- Pikiran anak berkembang cepat ke sebuah tatanan baru, yaitu
simbol-simbol.
- Pikiran anak pada dasarnya tidak sistematis dan tidak logis.
- Anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol ketika menggunakan sebuah
objek atau tindakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak hadir.
Simbol-simbol pertama bersifat motorik, bukan linguistik. Misalnya, ketika
anak berusaha membuka kotak mainan, anak menggerak-gerakkan otot mulutnya
untuk merepresentasikan sebuah tindakan yang belum dapat dilakukan.
- Bahasa mulai berkembang pada tahapan ini. Anak menggunakan kata-kata
untuk merekonstruksi peristiwa yang tidak hadir lagi, sesuatu yang dari
masa lalunya. Kata-kata tidak digunakan untuk sebagai objek yang benar,
melainkan sebagai pra-konsepsi. Misalnya, seorang anak menceritakan kepada
ayahnya, “mama pergi, burung terbang, ade pergi”.
- Penalaran anak transduktif (berpindah dari hal-hal khusus ke hal
khusus lainnya) terlihat dari ketidakmampuan anak untuk mengkategorikan
secara umum. Misalnya, aku belum minum susu, berarti ini belum siang, dan
belum waktunya untuk tidur siang. Padahal siang hari tidak hanya ditandai
dengan minum susu, namun banyak peristiwa lain.
- Anak-anak gagal untuk mengkonversi. anak hanya memusatkan pada satu
dimensi. Misalnya, anak diminta untuk memilih gelas yang paling banyak
berisi air pada dua tabung yang berbeda namun memiliki jumlah volume yang
sama. Anak cenderung untuk memilih gelas yang lebih tinggi atau yang lebih
lebar. Pada dasarnya anak sanggup mengambil satu langkah maju menuju
pengkonversian namun tidak bisa mencapainya.
- Anak sebenarnya telah memahami adanya dua dimensi perceptual (regulasi
intuitif), namun belum bisa memikirkan keberadaan keduanya secara serempak
sehingga baginya perubahan pada satu dimensi membatalkan perubahan pada
dimensi lainnya. Misalnya, ketika anak ditanya volume yang lebih banyak
dari dua gelas yang berbeda namun berisi sama. Pada awalnya anak menjawab
gelas yang tinggi kemudian ia mengganti jawabannya dengan gelas yang lebih
rendah, dan kemudian anak bingung sendiri untuk menentukan mana yang lebih
banyak.
- Anak belum mampu mengklasifikasi. Misalnya ada 10 kancing dari kayu. 8
kancing berwarna coklat dan 2 kancing berwarna putih. Ketika anak ditanya
“lebih banyak mana, kancing berwarna coklat atau seluruh kancing kayu yang
ada?” Anak menjawab kancing coklat, tanpa menyadari bahwa kancing coklat
dan kancing putih adalah bagian dalam kancing kayu.
- Anak berpikir egosentrisme, menganggap segala sesuatu berasal dari
satu titik pandang saja. Anak tidak mampu membedakan perspektifnya sendiri
dari perspektif orang lain.
- Anak belum memahami arti kemenangan. Anak menganggap kalau aku menang,
kamu menang juga.
- Anak beranggapan bahwa benda tidak hidup, adalah benda hidup juga
(keberjiwaan dunia = world animistic). Misalnya, ketika anak ditanya
“apakah matahari hidup?” anak akan menjawab ya karena ia memberikan
cahaya. Dia hidup karena memberikan cahaya, dan tidak hidup ketika tidak
mampu memberikan cahaya”.
- Anak beranggapan bahwa mimpi itu nyata dan dapat dilihat oleh orang
lain. Mimpi itu dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari luar (dari
malam atau langit, lewat jendela dari cahaya-cahaya di luar).
- Anak memiliki kepatuhan yang membuta pada aturan-aturan yang
dipaksakan orang dewasa (heteronomy moral).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar